Artinya : “dan Nabi mereka mengatakan
kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah
kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu
dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu
dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda
bagimu, jika kamu orang yang beriman.” (QS. Al Baqoroh : 248)
Al Qurthubi mengatakan bahwa tabut
diturunkan Allah swt kepada Adam as dan ia terus bersamanya hingga
sampai kepada Ya’qub as. Dan pada masa itu Bani Israil berhasil
mengalahkan orang-orang yang memerangi mereka yang kemudian bermaksiat
hingga dikalahkan oleh Jalut dan pasukannya dan tabut tersebut dirampas
oleh musuh mereka.
An Nahas mengatakan bahwa ketika mereka
mulai melihat tanda-tanda kebinasaan kaum, para laki-lakinya banyak yang
pergi, sebagian mereka menyendiri. Hal demikian terus menjadi buah
bibir sehingga para pemimpin kaum mengumpulkan mereka dan mengatakan
kepada Nabi mereka pada saat itu,”Utuslah kepada kami seorang raja.’ Dan
ketika Nabi itu mengatakan kepada mereka,’Raja kalian adalah Thalut.’..
(Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an juz III hal 210)
Ath Thobari mengatakan makna
“Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut
kepadamu” adalah sesungguhnya tanda-tanda Thalut menjadi raja—yang
kalian minta kepadaku adalah bukti akan kebenaran perkataanku.
Sesungguhnya Allah telah mengutus seorang
raja kepada kalian walaupun bukan dari keturunan raja—adalah
“dikembalikannya tabut yang didalamnya terdapat ketenangan dari
Tuhanmu.”. ia adalah tabut yang selalu dibawa oleh Bani israil saat
bertemu dengan musuh, bergerak bersamanya sehingga musuh tidak mampu
menghadapi mereka dan tidak bisa mengalahkan mereka. Namun kemudian
mereka mengabaikan perintah Allah swt, banyak berselisih dengan para
nabi mereka, sehingga Allah swt melepaskan tabut itu dari tangan mereka
kemudian dikembalikan lagi dan dirampas lagi pada waktu yang lain dan
tidak dikembalikan lagi bahkan tidak akan sekali-kali dikembalikan
kepada mereka selana-lamanya.
Para ahli ta’wil berbeda pendapat tentang
sebab kembalinya tabut yang Allah jadikan sebagai tanda kebenaran nabi
mereka Samuel dengan perkataannya,
”Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja.” Apakah Bani Israil merampasnya sebelum itu yang kemudian dikembalikan Allah kepada mereka dan pengembaliannya dijadikan sebagai tanda ataukah mereka tidak pernah merampasnya sebelum itu akan tetapi Allah yang memulainya ?
”Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja.” Apakah Bani Israil merampasnya sebelum itu yang kemudian dikembalikan Allah kepada mereka dan pengembaliannya dijadikan sebagai tanda ataukah mereka tidak pernah merampasnya sebelum itu akan tetapi Allah yang memulainya ?
Sebagian mereka mengatakan bahwa tabut
itu adalah warisan sejak masa Musa, Harun sehingga dirampas oleh para
raja dari kaum kafir kemudian Allah mengembalikannya kepada mereka
sebagai tanda Thalut menjadi raja.
Ath Thobari juga menyebutkan riwayat dari
Wahab bin Munbih berkata,”Samuel berkata kepada Bani Israil ketika
mereka berkata kepadanya,’Bagaimana dia memerintahkan kami, padahal kami
lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun
tidak diberikan kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka)
berkata,’Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.’ Dan
“Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja” ialah kembalinya tabut
kepadamu’ yang didalamnya terdapat ketenangan dan sisa peninggalan
keluarga Musa dan Harun. Tabut itulah yang menjadikan kalian dikalahkan
musuh dan kalian dimenangkan atasnya. Mereka mengatakan,’Apabila tabut
itu datang kepada kami maka kami rela dan menerimanya !
Musuh yang memegang tabut saat itu
tinggal dibawah bukit Ilya. Mereka adalah para penyembah berhala,
orang-orang kuat yang bengis, kasar dalam berperang yang sudah dikenal
masyarakat. Tabut ketika dipegang mereka pernah disimpan disuatu kampung
Palestina yang bernama ‘Azdud” mereka menyimpan tabut di suatu gereja
yang didalamnya penuh dengan berhala mereka…. Diantara janji kepada Bani
Israil bahwa tabut itu akan kembali kepada mereka—tabut itu menjadikan
berhala-berhala mereka di gereja itu terjungkil balik kepala-kepalanya.
Allah mengirimkan pula kepada penduduk kampung itu tikus-tikus yang
membunuh kaum laki-laki dimalam hari dan memakan perut mereka yang
diawali dengan memakan duburnya.
Mereka mengatakan,”Tahukah kalian demi
Allah, sesungguhnya musibah yang menimpa kalian ini belum pernah menimpa
umat-umat sebelum kalian. Kita tidak mengetahui apa yang menimpa
kecuali sejak adanya tabut ini ditengah-tengah kita !! kalian telah
melihat berhala-berhala kalian terjungkil-balik. Tak ada sesuatu pun
yang melakukannya kecuali tabut ini! kemudian mereka mengeluarkan tabut
itu.
Al Qurthubi juga menyebutkan pendapat
yang mengatakan bahwa mereka meletakkan tabut itu di suatu tempat
peribadatan mereka yang didalamnya terdapat berhala-berhala dan ternyata
berhala-berhala itu menjadi terbalik semua. Ada yang mengatakan bahwa
mereka meletakkannya di suatu rumah berhala-berhala, dibawah suatu
berhala yang besar namun tiba-tiba didapati tabut itu berpindah diatas
kepala berhala tersebut. Lalu mereka mengambil dan mengikatnya di kedua
kaki berhala lagi-lagi mereka mendapati kedua tangan dan kaki berhala
itu putus dan berada dibawah tabut. Lalu mereka mengambil tabut itu dan
menyimpannya di suatu kampung dan seluruh penduduk kampung itu terserang
penyakit di leher-leher mereka.
Ada yang mengatakan bahwa mereka
meletakkannya di tempat buang air besar kaum namun tiba-tiba mereka
ditimpa musibah dengan penyakit wasir dan ketika musibah ini semakin
berat maka mereka mengatakan,”ini tidak akan terjadi kecuali dikarenakan
tabut ini!”
Ath Thobari mengatakan bahwa mereka
mengambil gerobak untuk diletakkan tabut itu diatasnya kemudian mereka
membawanya. Mereka mengikatkan gerobak itu kepada dua ekor sapi dan
memukul bagian sisi tubuhnya. Kemudian datang malaikat yang menggiring
kedua sapi itu. Dan tidaklah satu tempat di bumi yang dilintasi kedua
sapi itu kecuali tempat itu akan suci. Kedua sapi yang membawa gerobak
berisi tabut itu pun berhenti dihadapan orang-orang Bani Israil, mereka
pun bertakbir dan memuji Allah dan bersemangat untuk memerangi musuh dan
meminta agar Thalut menuntun mereka.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Juraih berkata,”
Ibnu Abbas berkata,’Ketika Nabi mereka mengatakan kepada mereka,’Tahukah
akan kembali kepadamu tabut yang di dalamnya terdapat ketenangan dari
Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun yang
dibawa oleh malaikat !!—dan Musa ketika melempar luh-luh (kepingan dari
kayu yang tertulis padanya isi taurat, pen—maka luh-luh itupun pecah
kemudian Musa mengambilnya lagi menyatukan apa-apa yang tersisa darinya
dan meletakkannya di dalam tabut.
Ibnu Juraih berkata,”Ya’la bin Muslim
telah mengabarkan kepadaku dari Said bin Jubeir dari Ibnu Abbas
bahwasanya tidaklah yang tersisa dari luh-luh itu kecuali hanya
seperenamnya. Al Amaliqah yang merampas tabut itu—al amaliqah adalah
suatu kelompok yang memusuhi mereka dan berada di Ariha—kemudian
malaikat membawa tabut itu antara langit dan bumi dan mereka melihat
kearahnya sehingga tabut itu diletakkan dihadapan Thalut. Ketika mereka
menyaksikan hal itu maka berkata,”Ya” Mereka pun menerima Thalut dan
menjadikannya raja. Ibnu Abbas mengatakan,”Nabi-nabi dahulu ketika
berperang maka membawa tabut ke hadapan mereka.”.. dan ada riwayat yang
sampai kepadaku bahwa tabut serta tongkat Musa berada di danau
Thobariyah, dan keduanya akan dikeluarkan sebelum hari kiamat.
Sebagian yang lain mengatakan bahwa tabut
itu berada di daratan. Musa as memberikannya kepada Yusa’ yang kemudian
dibawa malaikat dan diletakkannya di rumah Thalut.
Abu Ja’far mengatakan bahwa pendapat
pertamalah yang benar, yaitu yang dikatakan Ibnu Abbas dan Wabah bin
Munbih bahwa tabut itu berada di tangan musuh Bani Israil yang telah
merampasnya. Yang demikian itu adalah sebagaimana disebutkan Allah swt
ketika menginformasikannya kepada nabi-Nya pada waktu itu dengan
perkataanya kepada kaumnya : “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja,
ialah kembalinya tabut kepadamu” Alif dan Laam, keduanya tidaklah ada
pada kata benda kecuali ia adalah yang telah dikenal oleh orang-orang
yang menjadi lawan bicaranya. Artinya Yang menginformasikan dan yang
mendapat informasi sudah sama-sama mengenalnya (benda itu). Dan telah
diketahui bahwa arti perkataan “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja,
ialah kembalinya tabut kepadamu” adalah tabut yang sudah kalian kenal,
yang kalian meminta pertolongan dengannya, yang didalamnya terdapat
ketenangan dari Tuhan kalian.
Adapun bentuk tabut itu adalah
sebagaimana diriwayatkan oleh Muhammad bin Askar dan al Husein bin
Yahya, keduanya berkata,”Abdur razaq telah menginformasikan kepada kami
dengan berkata,’ Bakar bin Abdullah telah menginformasikan kami dan
berkata,’Kami telah bertanya kepada Wahab bin Munbih tentang tabut Musa :
sebesar apa? Dia menjawab,’Kira-kira 3 X 2 hasta.”
Abu Ja’far mengatakan—setelah memaparkan
beberapa pendapat—tentang makna “ketenangan” bahwa ia adalah seperti
yang dikatakan Atho bin Abi Rabah, yaitu sesuatu yang menenangkan jiwa
berupa ayat-ayat yang kalian ketahui dan kata “as sakinah” adalah
perkataan orang arab seperti “al faiilah”, dari perkataan seorang yang
mengatakan,’Sakana fulan ilaa kadza wa kadza’—ia merasa tenang dengannya
dan jiwanya merasa tentram disisinya. (Tafsir Ath Thobari juz V hal 316
– 336)
Sulaiman bin Daud—di masa
pemerintahannya—memulai pembangunan Baitul Maqdis. Dia
mengatakan,”Sesungguhnya Allah swt telah memerintahkan ayahku, Daud agar
membangun sebuah rumah (masjid) namun Daud terlalu disibukkan oleh
berbagai peperangan. Kemudian Allah memberikan wahyu kepadanya,”Agar
anakmu Sulaiman yang membangun rumah dengan nama-Ku.”
Kemudian Sulaiman mengirim kayu dari
pohon cemara dan cypress dan membangun Baitul Maqdis dengan batu dan
mengokohkannya. Bagian interiornya menggunakan kayu yang diukir dan
membuat haikal (altar) dari emas dengan berbagai peralatan didalamnya
juga dari emas. Setelah itu Sulaiman menaikkan tabut yang berisi
ketenangan itu dan meletakkannya di dalam haikal. (Tarikhul Ya’qubi hal
21)
Ibnu Khaldun mengatakan bahwa tabut itu
diletakkan di haikal hingga waktu yang hanya Allah saja yang
mengetahuinya kemudian Baitul Maqdis dihancurkan oleh Bukhtanshar
setelah 300 tahun pembangunannya. Dia membakar taurat dan tongkat Musa
serta meruntuhkan haikal serta menghamburkan batu-batunya.
Dan tatkala Raja-raja Parsia
mengembalikan mereka lalu Uzair—seorang Nabi Bani Israil—membangunnya
kembali pada masanya dengan dibantu oleh Bahman, raja Parsia, seorang
kelahiran Bani Israil dari keturunan Bukhtanshar. (Muqoddimah Ibnu
Khaldun, juz I hal 197)
Setelah haikal dihancurkan oleh
Bukhtanshar, raja Babilonia, Iraq maka hingga sekarang tabut tersebut
tidak ditemukan. Orang-orang Yahudi sekarang tengah mencari tabut ini
yang mereka anggap sebagai mu’jizat orang-orang Yahudi dan kiblat mereka
yang hilang. Mereka meyakini apabila tabut itu berhasil ditemukan maka
keagungan dan kejayaan mereka akan kembali dan dapat menguasai dunia
lagi.
Wallahu A’lam
Sumber : http://johneox.wordpress.com/misteri-tabut-nabi-musa-bhg-ii/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar