(Arrahmah.com) – Setiap orang tentu ingin selalu sehat, hidup kecukupan, merasakan kebahagiaan dan lancar segala urusannya. Setiap orang tentu tak ingin sakit-sakitan, miskin, sengsara, hidup serba susah dan selalu ditimpa musibah. Setiap orang tentu ingin kenikmatan yang Allah karuniakan kepadanya senantiasa awet, terjaga dan tak cepat hilang.
Kenikmatan yang Allah karuniakan kepada kita haruslah kita pelihara. Kita harus memanfaatkan kenikmatan tersebut untuk hal-hal posotif yang telah ditetapkan oleh Allah. Selalu bersyukur dan memuji Allah dengan lisan dan hati adalah bagian sangat penting dalam memelihara kenikmatan Allah Ta’ala.
Nikmat tangan, misalnya. Hati kita harus bersyukur kepada Allah atas dua tangan yang sehat dan kuat yang dilimpahkan-Nya kepada kita. Lisan kita harus senanatiasa melantunkan pujian kepada Allah atas karunia dua tangan tersebut. Secara fisik, tangan harus kita pergunakan untuk amal-amal yang membawa manfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.
Di samping itu semua, kita berdoa kepada Allah semoga kenikmatan tersebut senantiasa terjaga dan tidak berubah menjadi bencana.
Dari Abdullah bin Umar radiyallahu ‘anhuma berkata: “Di antara doa yang biasa dibaca oleh Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa salam adalah:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari lenyapnya nikmat-Mu, beralihnya kesehatan dari-Mu, mendadaknya hukuman dari-Mu dan seluruh kemurkaan-Mu.” (HR. Muslim no. 2739, Al-Hakim no. 1946 dan Al-Baghawi no. 1368)
Hilangnya nikmat, misalnya, nikmat dua tangan diambil kembali oleh Allah dengan menurunkan ujian berupa kelumpuhan atau penyakit yang mengakibatkan tangan harus diamputasi.
Beralihnya kesehatan adalah perubahan suasana dari semula sehat wal afiat menjadi sakit karena ditimpa oleh penyakit tertentu.
Mendadaknya hukuman adalah Allah tiba-tiba menghukum hamba-Nya atas sebuah dosa dan pelanggaran yang dilakukannya.
Adapun kemurkaan Allah adalah musibah yang paling berat. Jika Allah telah memurkai kita dan tidak ridha kepada kita, maka semua kenikmatan hidup duniawi tidak akan ada nilainya lagi di akhirat kelak.
Apalagi jika nikmat itu berupa keimanan dan keislaman, maka lenyapnya nikmat tersebut merupakan musibah terbesar dalam kehidupan seorang hamba. Maka pelihara dan ikatlah nikmat Allah dengan erat, agar nikmat itu tidak dicabut-Nya akibat kelalaian kita sendiri. Wallahu a’lam bish-shawab. (muhibalmajdi/arrahmah.com)
Kenikmatan yang Allah karuniakan kepada kita haruslah kita pelihara. Kita harus memanfaatkan kenikmatan tersebut untuk hal-hal posotif yang telah ditetapkan oleh Allah. Selalu bersyukur dan memuji Allah dengan lisan dan hati adalah bagian sangat penting dalam memelihara kenikmatan Allah Ta’ala.
Nikmat tangan, misalnya. Hati kita harus bersyukur kepada Allah atas dua tangan yang sehat dan kuat yang dilimpahkan-Nya kepada kita. Lisan kita harus senanatiasa melantunkan pujian kepada Allah atas karunia dua tangan tersebut. Secara fisik, tangan harus kita pergunakan untuk amal-amal yang membawa manfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.
Di samping itu semua, kita berdoa kepada Allah semoga kenikmatan tersebut senantiasa terjaga dan tidak berubah menjadi bencana.
Dari Abdullah bin Umar radiyallahu ‘anhuma berkata: “Di antara doa yang biasa dibaca oleh Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa salam adalah:
«اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ، وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ، وَجَمِيعِ سَخَطِكَ»
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari lenyapnya nikmat-Mu, beralihnya kesehatan dari-Mu, mendadaknya hukuman dari-Mu dan seluruh kemurkaan-Mu.” (HR. Muslim no. 2739, Al-Hakim no. 1946 dan Al-Baghawi no. 1368)
Hilangnya nikmat, misalnya, nikmat dua tangan diambil kembali oleh Allah dengan menurunkan ujian berupa kelumpuhan atau penyakit yang mengakibatkan tangan harus diamputasi.
Beralihnya kesehatan adalah perubahan suasana dari semula sehat wal afiat menjadi sakit karena ditimpa oleh penyakit tertentu.
Mendadaknya hukuman adalah Allah tiba-tiba menghukum hamba-Nya atas sebuah dosa dan pelanggaran yang dilakukannya.
Adapun kemurkaan Allah adalah musibah yang paling berat. Jika Allah telah memurkai kita dan tidak ridha kepada kita, maka semua kenikmatan hidup duniawi tidak akan ada nilainya lagi di akhirat kelak.
Apalagi jika nikmat itu berupa keimanan dan keislaman, maka lenyapnya nikmat tersebut merupakan musibah terbesar dalam kehidupan seorang hamba. Maka pelihara dan ikatlah nikmat Allah dengan erat, agar nikmat itu tidak dicabut-Nya akibat kelalaian kita sendiri. Wallahu a’lam bish-shawab. (muhibalmajdi/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar