Selasa, 02 April 2013

Bendera dan Panji Islam; al-Liwa dan ar-Rayah

Bendera dan Panji Islam; al-Liwa dan ar-Rayah
“Rayahnya (panji peperangan) Rasul SAW berwarna hitam, sedang benderanya (liwa-nya) berwarna putih”. (HR. Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah)
Bendera Islam
al-Liwa (Bendera Putih)
Telah menjadi hal yang semestinya setiap komunitas manuisa dalam bentuk apapun memiliki sesuatu yang menjadi simbol khas mereka yang menjadi pembeda dengan selain mereka. Salah satu bentuk yang umum adalah sebuah bendera. Mulai dari klub sepak bola, organisasi masyarakat, partai politik, hingga Negara memiliki bendera tertentu sebagai simbol keberadaan mereka. Lalu adakah Islam sebagai komunitas manusia terbesar memiliki bendera yang menjadi simbol khas mereka?
Hari ini amat sedikit umat Islam yang masih memperdulikan syiar mereka, salah satunya tentang bendera Islam. Begitu banyak umat Islam yang sudah lagi tak mengenal apa dan bagaimana bendera mereka, bendera Islam, bendera Rasululah. Jika dahulu anak – anak kaum muslimin tidak perlu diperkenalkan seperti apa dan bagaimana bendera mereka, karena mereka hidup dibawah naungan Negara Islam (Khilafah) yang menjadikan bendera Islam, bendera Rasulullah sebagai satu – satunya bendera yang mereka kenal dan cintai, bendera yang dengannya mereka tumbuhkan semangat jihad, menjaganya melebihi menjaga jiwanya sendiri. Namun hari ini adalah sebaliknya, anak – anak kaum muslimin sama sekali tidak mengenal apa itu al-liwa dan ar-rayah yang mereka kenal hanyalah secarik kain warna – warni peninggalan kafir penjajah tanah mereka. Sedari kecil mereka telah dijejali dengan ide – ide Nation State buatan kafir pejajah. Maka wajar jika anak – anak kaum muslimin hari ini sudah tak mengenal lagi bagaimana bendera Rasulullah saw.
Jika hari ini dan sejak puluhan tahun yang lalu, tiap – tiap Negara memiliki bendera masing – masing lalu apakah Negara Islam yang didirikan oleh Rasulullah saw (622 M) dan telah berdiri selama 1.302 tahun hingga keruntuhannya 1924 M melalui tangan kafir Mustafa Kamal laknatullah alaih, tidak memiliki bendera yang khas?

Negara Islam sudah tentu memiliki bendera yang khas. Islam merupakan dien yang lengkap yang mengatur segala aspek kehidupan salah satunya dalam masalah tata negara, termasuk pengaturan bendera. Al-liwa (bendera putih) dan ar-rayah (panji – panji hitam) telah menjadi bagian penting dalam Islam.

Di dalam bahasa Arab, bendera dinamai dengan liwa (jamaknya adalah alwiyah). Sedangkan panji-panji perang dinamakan dengan rayah. Disebut juga dengan al-‘alam[1]. Rayah adalah panji-panji yang diserahkan kepada pemimpin peperangan, dimana seluruh pasukan berperang di bawah naungannya. Sedangkan liwa adalah bendera yang menunjukan posisi pemimpin pasukan, dan ia akan dibawa mengikuti posisi pemimpin pasukan.

Liwa adalah al-‘alam (bendera) yang berukuran besar. Jadi, liwa adalah bendera Negara. Sedangkan rayah berbeda dengan al-‘alam. Rayah adalah bendera yang berukuran lebih kecil, yang diserahkan oleh khalifah atau wakilnya kepada pemimpin perang, serta komandan-komandan pasukan Islam lainnya. Rayah merupakan tanda yang menunjukan bahwa orang yang membawanya adalah pemimpin perang[2].

Liwa, (bendera negara) berwarna putih, sedangkan rayah (panji-panji perang) berwarna hitam. Banyak riwayat (hadist) yang menerangkan warna liwa dan rayah, diantaranya :
“Rayahnya (panji peperangan) Rasul SAW berwarna hitam, sedang benderanya (liwa-nya) berwarna putih”. (HR. Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah)
Panji (rayah) Nabi saw berwarna hitam, sedangkan liwa-nya (benderanya) berwarna putih[3].
Meskipun terdapat juga hadist-hadist lain yang menggambarkan warna-warna lain untuk liwa (bendera) dan rayah (panji-panji perang), akan tetapi sebagian besar ahli hadits meriwayatkan warna liwa dengan warna putih, dan rayah dengan warna hitam.
Panji-panji Nabi saw dikenal dengan sebutan al-‘uqab, Seperti yang dijelaskan:
Nama panji Rasulullah saw adalah al-‘uqab[4].
Tidak terdapat keterangan (teks nash) yang menjelaskan ukuran bendera dan panji-panji Islam di masa Rasulullah saw, tetapi terdapat keterangan tentang bentuknya, yaitu persegi empat.
“Panji Rasulullah saw berwarna hitam, berbentuk segi empat dan terbuat dari kain wol”. (HR. Tirmidzi)
Al-Kittani[5] mengutarakan sebuah hadist yang menyebutkan :
Rasulullah saw telah menyerahkan kepada Ali sebuah panji berwarna putih, yang ukurannya sehasta kali sehasta.
Pada liwa (bendera) dan rayah (panji-panji perang) terdapat tulisan Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah. Pada liwa yang berwarna dasar putih, tulisan itu berwarna hitam. Sedangkan pada rayah yang berwarna dasar hitam, tulisannya berwarna putih. Hal ini dijelaskan oleh Al-Kittani[5], yang berkata bahwa hadist-hadist tersebut (yang menjelaskan tentang tulisan pada liwa dan rayah) terdapat di dalam Musnad Imam Ahmad dan Tirmidzi, melalui jalur Ibnu Abbas. Imam Thabrani meriwayatkannya melalui jalur Buraidah al-Aslami, sedangkan Ibnu ‘Adi melalui jalur Abu Hurairah.
Begitu juga Hadist-hadist yang menunjukan adanya lafadz ‘Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah, pada bendera dan panji-panji perang, terdapat pada kitab Fathul Bari[7].
Al-Liwa dan ar-Rayah adalah bagian dari syi’ar Islam. Ia merupakan bagian dari atribut – atribut kenabian dan simbol dari Negara Islam. Al-liwa dan ar-rayah merupakan simbol dari kemuliaan dan keagungan yang didasarkan pada cahaya dan petunjuk (Allah), menjadi simbol tertinggi dalam menjalankan misi – misi syar’iyyah. Bendera dan panji ini senantiasa dipasang oleh tangan – tangan pemberani, suci, dan mulia, tangan Rasul saw dalam setiap peperangan dan ekspedisi militer diatas sebilah tombak, tangan para pemberani, seperti Ja’far ath-Thiyaar, Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin Umair, dan lainnya.

Kaum muslimin sudah selayaknya berebaris berada dibawah naungan al-Liwa dan ar-Rayah. Bendera yang dicipta atas perintah Allah, bukan ci[ptaan akal manusia. Kita adalah umat Rasulullah, maka tunjukkanlah kasih sayang kita kepada Rasul kita dengan kembali mengibarkan bendera Rasulullah saw. Jika Rasul saw bersama kita, sanggupkah kita berada di belakangnya dengan membawa bendera yang bukan bendera Rasulullah? Padahal dengan bendera inilah Rasulullah menyatukan umat manusia yang mengucapkan kalimat yang tertulis padanya. Kibaran bendera inilah yang telah membawa risalah Allah ke seluruh penjuru dunia. Dengan melihat bendera inilah jantung musuh-musuh Islam berdegup kencang menanti saat kehancuran mereka. Bendera ini telah dibawa dan diangkat oleh para pejuang Islam ketika mendakwahkan agama Allah. Inilah satu-satunya bendera kita, bendera Rasulullah, bendera Islam, bendera Negara Islam.

=======
[1] Dr. Abdullah bin Muhammad bin Sa’ad al-Hujaili., al-‘Alamu an-Nabawiyu asy-Syarif., p. 33-34., Maktabah al-‘Ulum wa al-Hikam
[2] Dr. Abdullah bin Muhammad bin Sa’ad al-Hujaili., op cit., p. 37, 40-41., Maktabah al-‘Ulum wa al-Hikam
[3] Iman asy-Syaibani., as-Siar al-Kabir., jilid I/71
[4] Ibnu Asakir., Tarikh ad-Dimasyq., jilid IV/225-226
[5] al-Kittani., Tartib al-Idari., jilid I/320
[6] al-Kittani., op cit., jilid I/322
[7] Ibnu Hajar al-Asqalani., Fathul Bari., jilid VII/477
“Rayahnya (panji peperangan) Rasul SAW berwarna hitam, sedang benderanya (liwa-nya) berwarna putih”. (HR. Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome to My Blog

- Copyright © Perpustakaan Surga -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -